17 Februari 2012

Drama Musikal 'Ajian Semar' Februari 2012

"...inilah kisah alam pewayangan.. penuh dengn warna-warni kehidupan.. sabda dalang aturan wayang.. sabda Tuhan aturan kehidupan.. kita hidup ibarat wayang, tiada kuasa dan wewenang hanyalah Dia sang dalang penentu hitam putih kehidupan.."


Sepenggal nyanyian yang menjadi awal pembuka Drama Musikal Remaja 'Ajian Semar' kemarin (17/02) di GK Sunan Ambu STSI  ini cukup memukau penonton, karena alunan musik dan nyanyian yang dibawakan oleh Pondok Teater dan Kabaret 19 (POTRET 19) yang berlaga di dalam rangkaian acara Festival Teater Remaja ke-3 yang di selenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teater (KMT) STSI Bandung sangatlah kolosal, apalagi keberagaman kostum dari pemain yang sangat membuat mata menjadi bergairah.

Nyanyian dan tarian yang menjadikan modal utama dari pementasan Drama Musikal Remaja ini dapat dibawakan begitu cantik oleh puluhan Remaja yang berasal dari SMA Negeri 19 Bandung ini, ditambah dialog-dialog dari pementasan Drama Musikal ini begitu mudah dipahami, karena menggunakan gaya bahasa sehari-hari, sehingga menciptakan penampilan yang sederhana. Didalam cerita ini begitu kental aksen pewayangan yang di pakai, itu tercitra oleh 3 gunungan wayang besar yang menjadi latar di pementasan ini, walau icon wayang sunda yang dimainkan perannya disini hanyalah punakawan saja (Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng. red), namun penyebutan nama Bataraguru di dialog yang di ucap Semar memperkuat bahwa cerita ini terinspirasi oleh cerita-cerita pewayangan yang begitu beragam dan kuat akan pesan moralnya.

Di babak awal, kita dapat melihat beberapa orang yang berperan sebagai padi, dengan alunan seruling mereka menari seolah-olah tertiup angin, itulah pencitraan yang terjadi mengawali dimulainya cerita Ajian Semar ini, warga Karang Tumaritis yang sangat menghormati Semar sebagai Kyai Lurah Karang Tumaritis bernyanyi begitu gembira. dan seketika Warga Karang Tumaritis pun menyanyikan lagu sendu karena melihat Semar yang tiba-tiba saja berubah dengan berdiam diri dan sedikit merenung, disitulah pembangunan konflik terjadi, sebuah kekhawatiran bencana akan melanda Karang Tumaritis, tanda-tandanya sudah terjadi, warga pun kembali bernyanyi begitu emosional "..manusia menjadi-jadi, rasa peduli berganti duri, hutan pohon ditebangi, sungai laut dicemari, hewan-hewan disakiti, udara kotor berpolusi, manusia alam pu sudah tak bisa serasi..", 


Tak lama kemunculan 3 anak Semar yang bernyanyi menyesuaikan karakternya membuat suasana semakin berwarna, Cepot yang inginkan cuaca cerah agar segera mencari uang, harus adu mulut dengan Dawala dan Gareng yang menginginkan sebaliknya. Terkadang guyonan dari Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng membuat gedung kesenian (GK) Sunan Ambu tertawa, mereka berguyon dengan kekinian, ada istilah mention (twitter) yang terucap dari Semar, membumbui dialog-dialog yang terucap.

Babak 2 menceritakan adegan hutan yang begitu asri, tampak burung-burung berwarna-warni menghiasi hutan tersebut, ada juga beberapa monyet begitu lincahnya, dibalik keasrian hutan tersebut tampak seorang putri pengadil keraton bersama pengawalnya datang berniat mencari suaka untuk binatang-binatang didaerahnya, namun kedatangan mereka dianggap menggangu batas wilayah kerajaan Raksasa, hingga terjadi perkelahian yang mengalahkan para pengawal Putri pengadil keraton tersebut, tak lama Cepot pun datang menolong, hingga para Raksasa kocar-kacir dibuatnya. disitulah awal terjadinya konflik besar-besaran, para buta yang tidak menerima perlakuan Cepot datang menyerang Karang Tumaritis hingga porak poranda dan Semar pun dilumpuhkan, dengan diambilnya kuncung sakti miliknya, Semar pun lemah tak berdaya, dan menugaskan Cepot untuk pergi melawan para Raksasa. Ditengah pementasan, masalah teknis terjadi, mic yang dipakai terjadi kerusakan, akan tetapi para aktor dan teknisi yang bertugas berusaha agar tetap menyuguhkan pementasan terbaiknya. Hingga pementasan berakhir dan penonton pun bertepuk tangan tanda apresiasi dari mereka.

Pementasan ini sebuah media belajar para kumpulan remaja yang ingin terus menggali potensi diri di sebuah pementasan bertajuk Drama Musikal, kalaupun memang masih banyak yang harus dibenahi dan di pelajari, pastilah mereka sungguh sangat siap untuk bisa mengejarnya... so??? go remaja.. go Potret 19 !!!

1 komentar:

  1. segaris kenangan manis di kasat mata yang tak bisa terlupakan

    Bahkan ketika masa berusaha menyapu klise ini di laut jingga...It's never happen...never...

    Always Thinking of You :'D

    BalasHapus